Cari Blog Ini

Selasa, 17 Agustus 2010

Artis Pong Harjatmo Mencoreti Gedung Parlemen

 
Jakarta (ANTARA) - Artis Pong Harjatmo tidak sedang berakting dalam aksinya saat mencoreti gedung DPR/MPR pada Jumat, karena sedang menunjukkan kekesalannya terhadap anggota parlemen yang tidak merespons secara serius berbagai persoalan.
Pong yang memakai baju kemeja putih dan celana gelap kepada pers mengakui, tindakannya nekad mencoret-coret gedung parlemen karena DPR tidak serius menuntaskan kasus Bank Century, tidak tuntasnya kasus Susno Duadji, serta membiarkan kasus ledakan tabung gas.
Dia juga kesal karena di tengah berbagai persoalan bangsa, anggota DPR banyak yang membolos. Dia pun naik ke Gedung Nusantara yang biasa dikenal dengan sebutan gedung bulat atau gedung kura-kura.
Di gedung ini, dia mencoretinya dengan kata-kata "jujur, adil dan tegas". Cat semprot yang digunakannya berwarna merah.
Bukan hanya di tembok atau di dinding, Pong juga sempat naik ke atap gedung.
"Saya ini spiderman," katanya.
Pong mengemukakan, tindakannya berisiko dan dirinya siap menghadapi risiko itu. Bahkan dia menyatakan, siap menjadi tumbal upaya perbaikan keadaan, asalkan rakyat mendapat perhatian.
Menurut Pong, tindakannya bukan mencari popularitas.
"Saya sudah lebih dulu populer," katanya.
Pong kemudian digiring ke Pos Keamanan DPR. Namun Pong menyatakan, tindakannya hanya menggugah semangat anggota DPR agar mau berubah dari kebiasaan buruk yang sering membolos dan tidak merepons secara serius berbagai persoalan yang terjadi.
Pong menyatakan, tindakannya bukan merusak gedung karena cat semprot yang digunakannya mudah dihilangkan dengan cara menutupnya dengan cat biasa.
Setelah diamankan di Pos Keamanan DPR, Pong kemudian digiring ke kantor polisi, tak jauh dari gedung parlemen untuk dimintai keterangan.

65 Tahun Lalu, Proklamasi Dibaca Saat Puasa

Hari ini di bulan Ramadan tepat 65 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Kebetulan yang sama bila melongok 65 tahun lalu. Saat itu naskah proklamasi yang dibacakan Bung Karno dan dirumuskan juga oleh Bung Hatta, bertepatan dengan bulan puasa.

Kebetulan yang sama 65 tahun lalu itu ditegaskan dalam buku jurnalis tokoh sejarah BM Diah 'Butir-Butir Padi', yang ditulis ulang Dasman Djamaluddin pada 1992.

Teks proklamasi itu dirumuskan di rumah Laksamana Muda Angkatan Laut Jepang. Maeda mengizinkan rumahnya dipakai sebagai tempat pertemuan para tokoh nasional untuk merumuskan naskah proklamasi.

Rencananya, naskah proklamasi itu akan dibacakan keesokan harinya, 17 Agustus 1945. Lokasi rumah Maeda sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat. Penyusunan naskah itu juga bertepatan dengan bulan puasa.

Dalam 'Butir-Butir Padi' BM Diah, Pusataka Merdeka, 1992, tepatnya di halaman 57 tertulis:

"Kalau boleh saya katakan udara fajar di luar rumah kediaman Laksamana Muda Angkatan Laut Jepang itu sangat cerah. Langit merona agak keputihan. Udara terang karena langit ditabur bintang.

Dan orang yang berpuasa masih boleh makan sahur. Bung Hatta yang berada di tempat naskah proklamasi dibuat telah memesan makanan untuk sahur. Hari itu kaum Muslimin sedang berada dalam waktu puasa yang telah berjalan beberapa hari."

saat ini saya merasa lalai dalam menjalankan tugas

selasa, 17 agustus 2010 hari kemerdekaan repoblik indonesia. semua orang memperingatinya khususnya masyarakat mamuju.
dan ditempat saya sendiri dimana saya bisa mengait rezki dan mengabdi untuk perusahaan ini, tapi saya ditempatkan diperusahaan lain sebagai pekerja dan melayani segala kebutuhan dan ganguan diluar kantor/lapangan.

saat ini ketika jadwal kerja saya atau piket saya berubah dan saya dituntut untuk masuk malam. pada saat itu parner kerja saya sudah dimutasi ketempat lain dan yang lainnya lagi ada masalah keluaganya yang harus diselesaikan.
tidak ada teman bukan berarti saya juga akan melalaikan kewajiban saya, saya tetap masuk dan menjalankan tugas saya,
sekitar pukul 17.15 sore dan saya belum standby dikantor, karna perjalanan dari rumah kekantor lumayan jauh. saya tau kalau saya seharusnya berangkat lebih awal agar bisa sampai di kantor tepat waktu, ini semua salah saya.
atasan saya menyampaikan kepada seseorang yang kebetulan berada di kantor pada saat itu kalau saya dan parner piket saya akan menghadap dirungannya besok pagi. masalahnya atasan saya ini datang pada saat kantor lagi kosong karna saya masih dalam perjalanan menuju kantor dan dia pikir kalau tidak ada yang masuk kantor.

masalah lain adalah baju, saya masuk pada saat itu tidak memakai pakaian resmi yang telah disediakan perusahaan untuk tetap dipakai pada saat menjalankan tugas. untungnya saya masih diberi kesempatan untuk kembali dan memakai rompi
tapi saya tidak tau sangsi apa yang akan saya dapat ketika saya telah menghadap ke atasan saya. saya sih maunya saya masih bisa diberi kesempatan untuk tetap bekerja dan pastinya berusaha untuk mengubah dan tidak melakukan kesalahan yang kedua kalinya.